BERBAKTI DAN HORMAT TERHADAP KEDUA ORANG TUA
A. Kewajiban
berbakti
Salah satu
amaliyah atau amalan pekerjaan yang mulia dan hukumnya wajib dilaksanakan oleh
seorang anak terhadap kedua orang tuanya adalah berbakti (berbuat baik) dan
hormat terhadap kedua orang tua kita, selama keduanya taat kepada Allah swt.
Kenapa
seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua?jawabannya adalah Al qur’an
dan al hadits telah memerintahkannya, di dalam surat Al isra’ (Bani Israil)
ayat : 23-24 Allah telah mewajibkan kepada kita untuk berbakti kepada kedua
orang tua kita :
وَقَضَىرَبُّكَ أَلاتَعْبُدُوا
إِلاإِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَأَحَدُهُمَا
أَوْكِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُل ْلَهُمَا قَوْلاكَرِيمًا(٢٣)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepadamereka perkataan yang mulia.
Dilanjutkan
dalam ayat berikutnya, seorang anak harus dan wajib hormat dan rendah diri
terhadap kedua orang tuanya, :
وَاخْفِض ْلَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا(٢٤)
24. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Mengucapkan kata Ah, hus (iih)kepada
orang tua tidak diperbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau
memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Disini
telah jelas, kewajiban pertama dan utama setelah mengesakan dan beribadah
kepada Allah swt.adalah berbakti dan hormat terhadap kedua orang tua.
Di
dalam Al Qur’an, kata ihsanan( (إحساناdigunakanuntuk tujuan dua (2) hal, yang
pertama adalah memberi nikmat dengan pihak lain, dan kedua perbuatan baik,
karena itu kata ihsan lebih luas dari sekedar memberi nikmat atau nafkah.
Bahkan memiliki makna yang lebih tinggi dan dalam dari pada
kandungan makna adil, karena adil sendiri adalah mempelakukan
orang lin sama dengan perlakuannya kepada anda, sedang ihsan, memperlakukannya
lebih baik dari pada perlakuannya terhadap anda. Adil adalah
mengambil semua hak anda dan atau member semua hak orang lain, sedangkan ihsan
adalah memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil
lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil (bagian kita).
Al Qur’an menggunakan kata
penghubung ( ب ) bi ketika berbicara tentang baktikepada
ibu bapak (وَبِا لْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا) , padahal
bahasa membenarkan penggunaan ( لي) li
yang berarti untuk dan ( إلي ) ila yang
berarti kepada untuk penghubung kata itu.
Menurut
para pakar bahasa, kata (إلي ) ila
mengandung makna jarak, sedang Allah tidak menghendaki adanya jarak, walau
sedikit dalam hubungan antara anak dan orang tuanya. Anak selalu harus mendekat
dan merasa dekat kepada ibu bapaknya, bahkan kalau bisa, dia hendaknya melekat
kepadanya, dan karena itu digunakan kata (ب) bi
yang mengandung arti (إلصاق)ilshaq, yakni kelekatan. Karena kelekatan
itulah makanya bakti yang dipersembahkan oleh anak kepada orang tuanya, pada
hakikatnya bukan untuk ibu bapak, tetapi untuk diri sang anak sendiri. Itu pula
sebabnya tidak dipilih kata penghubung lam (li) yang mengandung makna
peruntukan. Bagaimana
caranya untuk berbuat baik terhadap kedua orang tua kita, caranya adalah ucapan
kita, cara berbicara anak kepada kedua orang tua harus
dengan lemah lembut tidak seperti kalau kita ngomong atau bercakap-cakap dengan
teman main kita, apabila mereka menyuruhuntuk berbuat sesuatu
maka kita juga harus dengan cepat memenuhinya tanpa adanya rasa jengkel dan
marah. Bagaimana kalau orang tua kita menyuruh untuk berbuat sesuatu yang
dilarang oleh agama?Cara kita menolaknya juga harus dengan cara yang bijak dan
lembut, bukan dengan kata-kata yang kasar dan tidak enak bila didengarkan.
Ini
terkadang terjadi di dalam kehidupan kita, apabila orang tua kita sudah sampai
pada usia tua, kakek-kekek atau nenek-nenek kita tidak bisa sabar menghadapinya,
padahal disini kita diperintahkan harus dengan sabar dan penuh perhatian untuk
melayani dan menyayangi keduanya.
Bagaimana
bila kedua orang tua kita memerintahkan kepada anak-anaknya untuk berbuat dosa
dan maksiat, maka kita juga harus menolaknya dengan cara yang baik dan lemah
lembut, dijelaskan pula di dalam Surat Luqman Ayat : 15 :
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْم ٌفَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ
سَبِيل َمَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُم ْفَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ (١٥)
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
MakaKuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Tidak boleh bagi kita untuk semena-mena ataupun kasar terhadap
keduanya, walupun mereka tidak seagama dengan kita misalnya, tetapi Allah
menyuruh kepada kita untuk berbuat yang terbaik.
Memang
tidak mudah bagi kita (orang tua) sekarang ini dalam mendidik dan membimbing
anak-anak kita yang merupakan generasi penerus bangsa di era globalisasi seperti sekarang ini, akibat derasnya arus teknologi informasi, seolah-olah kita(anak-anak kita) harus menerima dan melihat seuatu yang seharusnya tidak kita lihat dan amati, sehingga menjadikan tumpang tindihnya budaya bangsa sendiri dengan budaya bangsa barat terkadang orang tua
menghendaki untuk menuju ke arah timur , anaknya maunya ke arah barat, kita
menghendaki anak kita untuk melanjutkan studinya (belajarnya) ke pesantren
tetapi anak kita maunya ke sekolah umum, berpakaiannya pun maunya seperti
pakaian yang dipakai oleh model sinetron, artis-artis, bintang Hollywood,
kenapa terjadi seperti ini. Kondisi yang seperti ini tidak lain adalah karena kurang
care (perhatian) kita (sebagai orang tua dalam membimbing dan
mengarahkannya.
Kondisi yang terjadi sebagian masyarakat di Jakarta (hubungan anak dengan orang tuannya) adalah contoh yang kurang baik untuk dijadikan barometer dalam hal berbuat baik dan hormat terhadap kedua orang tua, sering terjadi ucapan anak dan cara menyampaikan sesuatu kepada orang tuanya dengan gaya bahasa yang maaf, tidak sopan (tidak etis), walaupun tidak menutup kemungkinan kondisi di sebagian daerah-daerah juga ada yang sama, namun di daerah ada kelebihan, yaitu masih memiliki budaya daerah masing-masing yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di masyarakat itu.
Kalau anak sudah berusia
baligh atau seusia menjelang SMP sudah sulit bagi orang tua untuk merubah
pola pikir dan cara yang diikuti oleh anak-anak kita. Lalu dari dari kapan kita
harus mulai mengarahkan anak supaya menjadi anak yang mau dekat dengan agama
dan Rasulnya?harus dimulai dari sedini mungkin, yaitu semenjak terlahir anak
itu, Nabi SAW. memberi contoh dan mengajarkan kepada kita, apabila anak
kita telah lahir, maka yang pertama sekali kita lakukan sebagai orang tua
adalah mengadzani di telinga kanan, dengan tujuan supaya anak itu yang
pertama kali di dengar adalah kalimah Tauhid dan keagungan Allah swt.
Keteladanan islami harus berusaha diciptakan
di dalam rumah, kalau orang tua sholat anak kita juga harus diajak sholat,
orang tua ke masjid sholat berjama’ah, maka anak kita juga harus diajak ke
masjid, bukannya anak kita dibiarkan bermain-main dengan gamenya, asyik
dengan tontonan TVnya, bahkan membiarkan anak-anak kita asyik ngobrol dengan
pacar dan teman-temannya. Kalau ini yang terjadi dan terus berjalan maka anak
merasa tidak ada yang membimbing dan memimpintidak ada figure pemimpin yang bisa diiukuti di dalam rumah kita,
sehingga anak akan sulit untuk taat dan mengikuti arahan dari orang tua.
B. Kewajiban
hormat terhadap Ibu dulu, Bapak kemudian.
Ternyata Rasulullah saw. memerintahkan berbakti dan menghormati
kepada kedua orang tua kita dengan seorang Ibu yang melahirkan kita yang harus
diutamakan, setelah itu baru seorang bapak, sabda nabi saw.
حديث أبي هريرة رضي الله عنه قالَ: جاَءَ رَجُلٌ
إلى رسُولِ الله صلى الله عليه وسلم, فقال: ياَرَسُولَ اللهِ مَنْ
أحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: أُمُّكَ قال: ثمّ مَنْ ؟ قال: أُمُّك
قال: ثمَّ مَنْ ؟ قال: أُمُّك قال: ثمّ مَنْ ؟ قال: أبُوْكَ."
Dari Abu hurairah r.a. berkata : telah
dating di hadapan Rasulullah seorang lelaki, kemudian bertanya kepada
Rasulullah saw. : Ya Rasulullah saw. siapa manusia yang lebih berhak untuk aku
hormati ? Nabi saw. menjawab : Ibumu, kemudian siapa lagi ? Nabi saw. menjawab
: Ibumu, kemudian siapa lagi ? Nabi saw. menjawab : Ibumu, kemudian siapa lagi
? nabi mnejawab : Ayahmu. HR. Bukhari.
Makanya Ulama kita mengajarkan untuk
sungkem dan mencium tangan orang tua dan guru yang mendidik kita, supaya apa
yang diajarkan kepada kita terasa dan masuk dalam sanubari kita, hingga
terjalin hubungan yang sangat dekat dan tidak ada jarak antara anak dan orang
tua atau Ulama, Guru dengan santri, (muridnya). Kalau kita mau menyampaikan
sesuatu kepada Ibu kita, harus dengan cara yang sopan, lemah lembut dan tidak
menyakitinya, sehingga Ibu kita menjadi tambah sayang dan dekat dengan kita. Salah
satu alasan bagi kita mengapa harus berbuat baik terhadap kedua orang tua,
terutama terhadap ibu yang diutamakan adalah disebutkan di dalam Al Qur’an surat
Luqman Ayat 14 :
وَوَصَّيْنَاالإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًاعَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ(١٤)
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Logikanya kalau kita sebagai anak, selalu ingat akan payah dan beratnya
pengorbanan ibu ketika mengandung dan menyusui kita, sesudah terlahir mereka
(kedua orang tua ) khususnya Ibu merawat dan mendidik kita dengan sangat sayang
dan sabar, apabila kita sadar dengan itu, maka
mungkin kita tidak akan berani dan semena-mena dengan orang tua. Sudah
sangat wajar dan seharusnya kalau kita harus berbakti dan hormat terhadap
keduanya.
Bagaimanan
kalau kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga namun anak-anak kita masih belum
mau mengikuti ajakan baik kita, tentu kita tidak boleh berputus asa, karena
masih banyak cara dan strategi yang harus kita usahakan untuk pendidikan dan
kebaikan anak-anak kita, dan ini adalah UNTUK MASA DEPAN KITA JUGA., disamping
kita berusaha dengan sekuat tenaga dan seluruh kemampuan kita untuk membimbing
dan mengarahkan anak-anak kita, tentu juga harus diikuti dengan do’a
(bermunajat setiap habis sholat maktubah atau bahkan bangun malam dengan tenang
dan keikhlasan di dalam Tahajjud) kita do’akan anak-anak kita supaya menjadi waladun sholihun yad’uu lahu.
C.
Berbakti terhadap kedua orang tua adalah termasuk berJIHAD
Islam datang membawa nilai-nilai
kebaikan dan menganjurkan manusia agar menghiasi diri dengannya, serta
memerintahkan manusia agar memperjuangkannya hingga mengalahkan kebatilan,
seperti bunyi ayat 18, dalam surat Al Anbiya’ :
بَلْ نَقْذِفُ بالحقِّ على الباطِلِ
فيدْمَغُهُ فإذا هُوَ زَاهِقٌ ولكُمْ مِمَّا تَصِفُوْنَ ( الأنبياء :١٨ )
“ Sebenarnya kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.
Dan kecelakaan bagi kamu menyifati (Allah dengan sifat yang tidak leyak).
Tetapi hal itu tidak bisa berjalan
dengan sendirinya , kecuali dengan perjuangan. Bumi adalah gelanggang
perjuangan (jihad) menghadapi musuh.
Istilah Al Qur’an untuk
menunjukkan perjuangan adalah kata jihad, sayangnya istilah ini
sering disalahpahami atau dipersempit artinya.
Kata Jihad terulang dalam Al Qur’an
sebanyak empat puluh satu kali dengan berbagai bentuknya.Menurut Ibnu
Faris (w.395 H) dalam bukunya Mu’jam Al-Maqayis Fi Al-Lughah.”semua
kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti
kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya.”
Kata jihad terambil dari kata jahd yang
berarti “letih/sukar” Jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan.Ada juga
yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata “Juhd” yang berarti
kemampuan”.Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sebesar
kemampuan.
Jihad menuntut sang mujahid mengeluarkan
segala daya dan kemampuannya demi mencapai tujuan. Karena jihad adalah
pengorbanan, dan dengan demikian sang mujahid tidak menuntut atau mengambil,
tetapi member semua yang dimilikinya .ketika memberi, dia tidak berhenti sbelum
tujuannya tercapai atau yang dimilikinya habis.
Dan yang terpenting dari segalanya adalah
bahwa jihad harus dilakukan demi Allah, bukan untuk memperoleh tanda jasa,
pujian, apalagi keuntungan duniawi. Berulang-ulang Al Qur’an menegaskan redaksi
fi sabilillah (di jalan-Nya), bahkan di dalam Surat Al Hajj : 78
Allah memerintahkan :
وَجَاهِدُوافِي اللَّهِ حَقّ َجِهَادِهِ.............
“Berjihad
di (jalan) Allah dengan jihad sebenar-benarnya.”
Berjihad
untuk berbakti terhadap kedua orang tua
Dengan
pengertian jihadluas itu, lebih-lebih Nabi saw. pernah juga menjelaskan dalam
salah satu hadisnya, ketika beliau di tanya salah satu sahabat setelah
terjadinya perang Badar, maka Nabi menjawab : Sesungguhnya Jihad yang
paling besar dan berat adalah Jihadun nafsi, yaitu jihad melawan hawa
nafsu buruk yang terdapat di dalam diri semua manusia dan selalu mengajak kita
menuju maksiat.
Maka dari itu pula, termasuk salah
satu bentuk jihad adalah berbakti dan hormat terhadap kedua orang tua, Nabi
saw.bersabda :
حديث عبدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو
رضِيَ الله عنهُمَا جاء رَجُلٌ إلىَ النّبِيّ صلّى الله عليه وسلم
فَاستَأْ ذَ نَهُ فِي الْجِهَادِ فقَالَ: أَحَيٌّ وَالِدَكَ ؟ قال: نعَمْ قال:
ففِيْهمَا فجَاهِدْ".
“Dari
Abdullah ibnu Umar r.a. : telah datang seorang lelaki kepada Nabi saw. yang
meminta idzin kepada beliau untuk berjihad, kemudian Nabi saw. bersabda dan bertanya
kepada lelaki itu: apakah kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab :
Ya, Nabi saw. beliau berdua masih hidup, maka Nabi bersabda : berjihadlah untuk
berbakti kepada kedua orang tuamu.”
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa, hormat dan berbakti terhadap kedua orang tua adalah termasuk bentuk jihad
fisabilillah.”
Mudah-mudahan kita semua termasuk ke
dalam anak-anak (orang-orang) yang berbakti dan hormat terhadap kedua orang tua
kita, Amiiin.Wallahu a’lau bis shawab.
Oleh : Nur Haries ibnu Misbach